Minggu, 25 Juni 2017

Perasaan yang Abstrak

Sempat aku berfikir dan bertanya pada diriku sendiri, "Kenapa sih aku bisa terlalu berharap pada seseorang secara monoton padahal jelas Ia nggak bakal ngasih harapan?" Betapa bodohnya aku yang bisa bertahan pada kondisi seperti ini.

Kilas balik pada saat pertama kali aku (istilahnya: kenalan) sama orang itu. Pada awalnya, memang terasa biasa saja. Tapi, lama kelamaan kenapa ya tumbuh benih benih cinta di hati ini? *asek*

Bersama - sama kami mengukir sejarah di dalam sebuah buku berwujud bayangan tanpa menengok waktu yang ternyata sudah berjalan sangat cepat.

Wajarlah, perasaan bosan menghantui. Tapi, kok bisa kandas begitu saja? Nobody can answer this question. Raono sing saged jawab. Kerana kami pun tidak paham mau jawab pakai apa.

Pribadi ini menembus hari - hari dengan beratnya menanti beserta harapan yang seabrek. Monoton, tak berubah. Perasaan ini hanya tertunjuk pada satu orang. Gak tau mau gimana lagi, ya gitu perasaannya.

Sekumpulan orang menuntutku untuk melakukan pekerjaan yang sangat berat. Siapa sangka pekerjaan itu adalah move on? Palu yang berwujud bayangan ini diketuk, pertanda hukum move on mulai berlaku. Perasaanku sangat terpukul, berat, dan sangat terpuruk. Bagaimana bisa orang yang sudah mencintai seseorang bertahun - tahun bisa dituntut move on secara paksa?

Ditambah lagi dengan kemunculannya yang entah tak terduga. Hm, menyusahkan.

Sugesti mengatakan bahwa hati ini dipenuhi oleh bayang - bayang harapan dari si doi, padahal ya sebenarnya nggaak ada. Siapa yang nggak kesal?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indahnya Bersahabat dengan Al-Quran

Melalui tulisan ini, diriku hendak berbagi pengalamanku dengan Al-Quran, yang Insyaa Allah selalu setia menunggu dan menemaniku. So bagaima...