Rabu, 28 Juni 2017

Arti Pramuka dan Peranannya dalam Membentuk Karakter Kepemimpinan Bangsa

Dewasa ini sering terjadi keracunan dalam memahami apa itu pramuka sebenarnya, kepramukaan, dan Gerakan Pramuka, serta peran pramuka untuk dunia. Kata “Pramuka” sebenarnya berasal dari kependekan Praja Muda Karana, yang memiliki arti “rakyat muda yang suka berkarya”. Saat ini, Pramuka sangat eksis untuk berbagai kalangan. Selain itu, sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas maupun kejuruan juga mewajibkan muridnya untuk mengikuti kegiatan pramuka. Dengan melalui pramuka, sekolah dapat ikut membentuk karakter siswa siswi yang bersekolah di sekolah tersebut.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang terdiri dari anggota muda yang biasa dikenal sebagai siaga, penggalang, penegak, anggota dewasa muda atau pandega, anggota dewasa atau yang dikenal sebagai Pembina, pelatih, pamong SAKA, instruktur SAKA, pimpinan SAKA, andalan, dan anggota MABI. Kepramukaan sendiri adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Sedangkan Gerakan Pramuka adalah gerakan yang diperoleh anak atau remaja atau pemuda yang pelaksanaannya menggunkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang mana dilakukan di alam terbuka dan sekaligus dapat menjadi upaya pendidikan diri bagi anak/remaja/pemuda/dan pramuka itu sendiri.
Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan kepanduan Indonesia dan merupakan pendidikan nasional yang bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai potensi spiritual, sosial, intelektual, dan membentuk karakter kepemimpinan serta menanamkan jiwa cinta tanah air bagi kaum muda. Dalam  melaksanakan fungsinya sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan generasi  yang baik, bertanggung jawab, mampu mengisi kemerdekaan dengan baik, dan dapat membangun dunia dengan baik.
Pramuka dapat berperan sebagai pembentuk karakter bagi pemuda bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan pramuka mengajarkan untuk hidup mandiri dan berani. Selain itu, pramuka juga mempunyai Dasa Darma yang dapat dijadikan sebagai acuan  untuk membentuk karakter bangsa. Dasa Darma yang pertama, berbunyi “Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa” yang bermaksud mengajarkan kita untuk beribadah tepat waktu, mengamalkan ajaran kitab suci, dan mengamalkan hal hal kebaikan yang berhubungan dengan agama dan kemanusiaan. Yang kedua, berbunyi “Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia”, menurut dasa darma kedua ini, kita diajarkan untuk menyayangi sesama manusia, tolong menolong, dan berbuat baik sesama manusia. Yang ketiga, berbunyi, “Patriot yang sopan dan kesatria”, makna dasa darma ketiga ini yaitu kita diajarkan untuk hormat kepada orang tua, guru, dan pemimpin, selain itu, kita juga diajarkan untuk mengenal adat istiadat masing masing suku di Indonesia. Dasa darma keempat berbunyi “Patuh dan suka bermusyawarah”, yang mepunyai makna tentang taat pada aturan , menepati janji, dan membiasakan bermusyawarah di lingkungan sekitar kita. Yang kelima berbunyi “Rela menolong dan tabah”, dasa darma kelima ini bermakna kita harus pantang mundur menghadapi masalah, selain itu kita juga harus mempunyai rasa tolong menolong kepada sesama manusia dengan ikhlas. Yang keenam berbunyi “Rajin, terampil, dan gembira”, yang bermakna kita harus bergembira walaupun menghadapi masalah, kita juga harus bisa membiasakan diri kita untuk  menyusun dan menepati jadwal yang dibuat. Yang ketujuh berbunyi “Hemat, cermat, dan bersajaha”, dasa darma ini mempunyai makna kita harus bisa menggunakan waktu sebaik baiknya, selain itu, kita juga harus biasa menabung. Yang kedelapan berbunyi “Disiplin, berani, dan setia”, yang bermakna kita harus patuh dengan pertimbangan dan keyakinan, selain itu, kita  juga harus belajar untuk mengendalikan diri. Yang kesembilan, berbunyi “Bertanggung jawab dan dapat dipercaya”, dasa darma ini bermakna, kita harus bisa memegang amanah yang diberikan kepada kita dan segala yang diperintahkan kepada kita harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Yang kesepuluh berbunyi “Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan”, yang bermakna kita harus memperhatikan lisan kita agar tidak berkata yang tidak baik. Nah, jika seorang pramuka mampu mengamalkan semua dasa darma dengan bijak, maka ia akan mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik karena dasa darma juga mengajarkan kita agar kita mempunyai jiwa kepemimpinan.
Selain itu, seluruh kegiatan pramuka juga mengajarkan kita hidup mandiri karena kegiatan pramuka bersifat mandiri dan di alam terbuka. Kita juga bisa belajar mengenal alam dan cinta alam melalui kegiatan pramuka. Saat kita membutuhkan alam, maka kita akan memimpin alam. Dengan begitu, kita bisa belajar memimpin melalui kegiatan pramuka.
Namun, remaja saat ini susah untuk tertarik pada pramuka. Hanya sedikit remaja dan pemuda yang ikhlas dan memang benar benar cinta pada pramuka. Sisanya, hanya terpaksa mengikutinya karena pramuka merupakan kegiatan wajib yang diadakan oleh setiap sekolah. Karena terpaksa, maka para siswa akan tidak serius dalam mengikuti kegiatan pramuka. Bahkan, mereka nyaris tidak mengikuti latian pramuka sama sekali. Bagi yang kontra, dengan diwajibkannya kegiatan pramuka, mereka menganggap bahwa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gerakan pramuka tentang prinsip dasar kepramukaan itu, antara lain prinsip kesukarelaan. Artinya, mengikuti pramuka itu adalah kegiatan yang tidak boleh dipaksakan. Oleh karena itu, para remaja akan beranggapan bahwa pramuka adalah kegiatan yang memaksa, sehingga beberapa dari mereka merasa tertekan saat mengikuti pramuka. Jika sudah seperti itu, bagaimana pramuka bisa membentuk karakter kepemimpinan masa depan?

A scout smiles and whistles under all circumstances”, kalimat ini terlontar dari Bapak Pandu Dunia kita, Baden Powell.  Sebagai seorang pramuka, kita harus tersenyum di setiap keadaan. Kita pun harus bisa mengatasi semua kesulitan dengan upaya kita sendiri. Selain itu, kita juga perlu berhemat dan berupaya meminimaliskan segala keperluan kita agar tidak mubazir pada akhirnya. Kita juga perlu berusaha untuk cinta alam dan memimpin alam.  Yang tidak kalah penting, kita juga harus mengamalkan kode etik kita yaitu Tri Satya dan Dasa Darma. Dengan demikian, perlahan lahan pramuka akan membentuk calon pemimpin masa depan dan tentunya banyak pemuda di Indonesia yang berpengalaman menjadi pemimpin bangsa.

Senin, 26 Juni 2017

INDAHNYA MALAM TAKBIRAN

Alhamdulillah, puasa sudah selesai. Orang - orang berlalu - lalang di jalan titik nol kilometer (karena rumahku dekat titik nol, aku mencantumkannya). Remang - remang lampu jalanan ikut menyaksikan keramaian hari sebelum lebaran ini. Polisi lalu lintas ikut menyibukkan diri demi lancarnya kegiatan berlalu lintas. Kerlap - kerlip lampion menggiring para jamaah masjid untuk berpartisipasi dalam takbir keliling. Tak hanya itu, ledakan petasan pun menjadi pelengkapnya.
.
Mengingat saat pertama masuk bulan Ramadhan 1438 H, pada hari itu, ribuan umat Islam menyambut gemira bulan yang penuh berkah ini. Santapan khas bulan Ramadhan menjadi penggoda iman. Iklan - iklan di televisi menjadi ramai. Bukan main, semua ini hanya ada di bulan puasa saja. Maka dari itu, entah harus bahagia atau sedih mengingat bulan ini telah usai.
.
Euforia malam takbiran, menjadi hal yang sangat berkesan. Mulai dari jalanan yang terang hingga langit yang penuh warna membuat malam ini menjadi sangat indah. Para penari, pemain musik, dan penggembira takbiran memainkan perannya masing - masing. Semua berperan dengan semangat dan tak kenal lelah.
.
Sayangnya, malam yang indah ini hanya dirasakan setiap dua kali dalam setahun. Oleh karena itu, jangan sia - siakan malam takbirmu di lain kesempatan, ya!
Kilas balik tahun 2016

Lomba Takbir yang diselenggarakan oleh AMM Kraton Kota Yogyakarta
Gimana? Seru kan?

Minggu, 25 Juni 2017

Nestapa Para Saudara

Dipilihlah Adipati Suryatmaja
Dinobatkan tuk menjadi panglima
Diktatorial, sangat mampu mendominasi perang
Aturan main tak menjadi risauan          
                                         
Diutuslah para Pandawa
Diresmikan sebagai delegasi Hastinapura
Sungguh mereka dikuasai
Aturan main yang bengis

Ditudinglah bala tentara kurawa
Ditugaskan tuk berseteru
Angkuh pula menjadi gaya
Keculasan, jelas tak dapat dihindarkan

Kurusetra, itulah dimensi perang
Balas dendam, menjadi landasan perang
Nestapa saudara bergelimang
Air mata pun terpaksa menjadi perisai
Sekejap, nampak Sang Arjuna berdiri termangu
Menatap ragu atas pandangan di depan matanya

Denting suara pedang beradu
Jeritan tanda kesakitan oleh para prajurit memekak telinga
Pertumpahan darah semakin menjadi - jadi
Para saudara kian gugur bertumpah darah
Lantas, kubu mana yang tersisa?
Kita tak dapat memastikan

Bukan Pandawa, melainkan Kurawa
Bersorak girang seakan kemenangan di depan mata
Gugurnya Resi Seta, menjadi bukti bahwa Kurawa-lah pemenangnya
Jelas, Rakyat Wirata tak dapat membendung duka

Adilkah peperangan ini?
Tiada bisa dipungkiri, antagonislah pemenangnya
Namun, inilah pertarungan
Seyogyanya, tiada lengkap tanpa menang atau kalah
Meski nestapa para saudara, berpayung di ujung temarang


Yogyakarta, 9 Mei 2017

Diposting pada Senin, 26 Juni 2017

Perasaan yang Abstrak

Sempat aku berfikir dan bertanya pada diriku sendiri, "Kenapa sih aku bisa terlalu berharap pada seseorang secara monoton padahal jelas Ia nggak bakal ngasih harapan?" Betapa bodohnya aku yang bisa bertahan pada kondisi seperti ini.

Kilas balik pada saat pertama kali aku (istilahnya: kenalan) sama orang itu. Pada awalnya, memang terasa biasa saja. Tapi, lama kelamaan kenapa ya tumbuh benih benih cinta di hati ini? *asek*

Bersama - sama kami mengukir sejarah di dalam sebuah buku berwujud bayangan tanpa menengok waktu yang ternyata sudah berjalan sangat cepat.

Wajarlah, perasaan bosan menghantui. Tapi, kok bisa kandas begitu saja? Nobody can answer this question. Raono sing saged jawab. Kerana kami pun tidak paham mau jawab pakai apa.

Pribadi ini menembus hari - hari dengan beratnya menanti beserta harapan yang seabrek. Monoton, tak berubah. Perasaan ini hanya tertunjuk pada satu orang. Gak tau mau gimana lagi, ya gitu perasaannya.

Sekumpulan orang menuntutku untuk melakukan pekerjaan yang sangat berat. Siapa sangka pekerjaan itu adalah move on? Palu yang berwujud bayangan ini diketuk, pertanda hukum move on mulai berlaku. Perasaanku sangat terpukul, berat, dan sangat terpuruk. Bagaimana bisa orang yang sudah mencintai seseorang bertahun - tahun bisa dituntut move on secara paksa?

Ditambah lagi dengan kemunculannya yang entah tak terduga. Hm, menyusahkan.

Sugesti mengatakan bahwa hati ini dipenuhi oleh bayang - bayang harapan dari si doi, padahal ya sebenarnya nggaak ada. Siapa yang nggak kesal?

Mengapa Ceritanya Dandelion?

Simpel saja, sebenarnya nama dandelion merupakan pemberian dari seseorang yang tak usah disebut namanya. Kenapa sih bisa dandelion? Apa karena diriku mirip dandelion? hihihi...
.
Memilih judul ini, sangat berat bagiku. Bagaimana tidak? Hal ini berkaitan dengan masa lalu yang sebenarnya tak payah diungkit lagi. Namun, pepatah mengatakan "JAS MERAH" yang bermaksud "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" sehingga aku semakin mantap dalam memilih judul ini.
.
Dandelion, sebuah motivasi bagiku. Ia sangat rapuh dan mudah terbang. Tak disebabkan keinginan, namun angin menggiringnya. Ia tidak mudah mengeluh, enggan menghujat. Bilamana ia ingin menghujat, dandelion sukar memutuskan pada siapa ia menghujat. Tubuhnya amat mungil. Sebab itu, manusia menjadi penggemarnya.
.
Hati ini dirayu oleh keinginan menulis. Tidak yakin, pastinya. Namun, sekali lagi aku termotivasi oleh sang Dandelion. Oleh sebab itu, aku semakin yakin untuk mengangkat dandelion sebagai judul ini.

Indahnya Bersahabat dengan Al-Quran

Melalui tulisan ini, diriku hendak berbagi pengalamanku dengan Al-Quran, yang Insyaa Allah selalu setia menunggu dan menemaniku. So bagaima...