Jumat, 14 Juli 2017

Indahnya Bersahabat dengan Al-Quran

Melalui tulisan ini, diriku hendak berbagi pengalamanku dengan Al-Quran, yang Insyaa Allah selalu setia menunggu dan menemaniku. So bagaimana ceritanya?

Dulu sempat ditanya oleh tetangga dekatku, "Kapan kamu mulai lancar baca Al-Quran?" Dengan mantap diriku menjawab "Alhamdulillah, Umur 4 tahun, Pak. Setelah saya lulus Iqra"
Bunda sudah mendaftarkanku sebagai anak TPA sejak umur 3 tahun dimana anak - anak seusiaku sedang belajar naik sepeda roda tiga. Entah bagaimana aku menyetujui lamaran bunda, aku langsung didaftarkan olehnya.

Aku mulai merasakan hikmah bersahabat dengan Al-Quran sejak SMA ini setelah aku men-stalk akun ask.fm milik Kak Wirda Mansur. Beliau berbagi pengalaman menjelajahi dunia karena Al-Quran. Setelah aku berfikir sejenak, ternyata ada benarnya juga ya?

Lempar balik ketika aku sd disaat aku masih rajin rajinnya baca Al-Quran. Berbagai kejuaraan bisa aku raih dan sekolah mempercayaiku sebagai perwakilannya dalam berbagai acara. Nggak hanya itu, paralel sekolah pun bisa aku raih. Selain itu, Alhamdulillah, aku minta apa saja selalu dikabulkan oleh Allah. Namun sayangnya, aku tidak sadar bahwa kedekatanku dengan Al-Quran menjadi salah satu faktornya.

Diriku yang sekarang yang mulai malas ini, mungkin sehari hanya membaca sehabis maghrib saja. (Astaghfirullah). Kata Pak Ustadz, yang penting dilakukan daripada tidak sama sekali. Mungkin selepas ini kalian bakal berfikir 'oh ternyata gini toh' , 'ternyata pemalas ya', 'dosa kok diumbar umbar'. Bukan mengumbar ya, tolong. Cuma mau berbagi pengalaman saja.

Balik ke topik. Melihat keadaan diriku yang sekarang ini, yang menjadi pemalas ini, ternyata miris juga ya. Juara nggak pernah dapet, (gimana mau dapet, wong ikut lomba aja nggak pernah. Kenapa nggak pernah? Karena nggak pernah lolos seleksi hehe). Doa juga udah jarang dikabulkan sama Allah. Juga, setiap ada seleksi maupun wawancara entah kenapa selalu gagal dan jawaban jarang ada nyambungnya dengan pertanyaan. Gimana? Bisa buat kesimpulan?

Sedikit bercerita, tekadku mulai bulan ramadhan tahun ini adalah, aku ingin menjadi sahabat Al-Quran lagi, mulai belajar memanfaatkan waktu buat Al-Quran lagi, sampai kemarin aku mendapat undangan untuk mengikuti lomba tartil tingkat kota dan alhamdulillah juara tiga. Alhamdulillah, sedikit - sedikit mulai tercapai.


Bersahabatlah dengan Al-Quran, selain menjadi penolongmu di yaumul akhir kelak, Al-Quran bisa mengubah hidupmu menjadi semakin baik. Semangat!

Kamis, 13 Juli 2017

KALAU BISA EMPAT, KENAPA SATU?

“Besok ada rapat pukul 9 pagi ya”

“Tolong kamu hadir ke dinas untuk mengikuti workshop, besok pukul 9 pagi”

“Besok kamu susulan ulangan matematika ya, jam 9”

“Kelas ini ada jadwal praktikum besok jam 9”

Aku yakin banyak orang yang mengalami kejadian seperti ini. Pasti bakal bingung mau memprioritaskan yang mana karena sama - sama penting. Apalagi jika diselingi banyak tugas. Haduh, gimana ya cara memilihnya?

Jadi, di mentoring kami banyak curhat soal banyaknya tugas sekolah dan diselingi banyak kegiatan dan rapat yang mengundang. Bukan karena kami malas lalu mereka numpuk begitu saja. Tapi, ya memang tugas kami sangat banyak dan kami belum bisa memilah waktu.

Sebelumnya, aku adalah pribadi yang sok sok-an aktif di beberapa kegiatan. Aku sangat senang mengikuti banyak kegiatan. Bukan karena ngebet famous atau sejenisnya ya, tapi, memang hatiku terundang untuk bergabung di beberapa kegiatan itu. (Ini agak alay, tapi biarlah)

Lalu, ada sebuah keinginan untuk menyingkirkan semua ini. Maksudnya, memperbaiki semuanya biar gak numpuk dan tabrakan gitu aja. Tapi, gimana, ya?

Kebetulan, waku itu mbak mentor kami datang dalam lingkaran diskusi ini. Kenapa lingkaran? Seperi lingkaran yang tak berujung, kami ingin persaudaraan kita tak berujung seperti halnya lingkaran. Balik ke topic. Ada hasrat untuk bertanya muncul pada jiwa kami. Lalu, muncul satu pertanyaan yang dilontarkan oleh salah seorang diantara belasan yang duduk dalam lingkaran kami.

 “Mbak, bagaimana caranya kita mengatasi kegiatan yang saling bertubrukan dan bisa memprioritaskan tugas kita?”
.
“Umm,” si Mbak tadi bergumam dan memikirkan jawaban dari pertanyaan tadi.
.
“Utamakan kewajiban kita terhadap Allah,” sambung mbak itu, sebut saja mbak Sa’a
.
“Maksudnya?”
.
Mbak Sa’a terdiam sembari menyusun kata – kata untuk menjawab pertanyaan kami yang diwakili salah seorang teman kami.
.
“Sholat subuh dulu terus minta petunjuk dari Allah,” mbak Sa’a mulai menjelaskan.
.
Aku mulai paham dengan maksud mbak Sa’a.
.
“Allah bakalan ngasih kita kemudahan kalau kita kejar urusan akhirat dulu, kalau kita ngejar dan sibuk akan dunia, maka Allah akan membuat kita semakin lupa dengan akhirat,”
.
Beliau menceritakan salah seorang temannya yang mengunjungi salah satu rekan kerja ayahnya (Aku sebenarnya lupa mengunjungi siapa). Temannya itu bertanya akan hal yang sama dan dijawab seperti halnya jawaban Mbak Sa’a.

Kemudian, teman beliau melakukan apa yang dinasihati oleh orang yang dikunjungi. Ternyata benar, Allah memberikan keajaiban.

Mulai dari rapat, susulan, dan praktikum yang ditunda, maka beliau dapat menghadiri workshop yang diadakan oleh dinas.


Hm, sebuah pengalaman telah aku dengar langsung. Aku bisa menyimpulkan bahwa Allah akan memberikan kita petunjuk apabila kita bersungguh – sungguh dan taat pada-Nya. Hanya sekadar ilmu untuk para pembaca. Jika bisa empat – empatnya, kenapa hanya memilih satu? Maksudnya, jika kita bisa meminta petunjuk pada Allah, maka Allah akan memberikan kemudahan dan kita bisa melakukan segala tugas kita tanpa harus mengorbankan yang lain. Semoga bermanfaat.

THE BEST CHOICE FROM ALLAH

PART #1

It was on June 2016. The score of National Examination was announced. Oh My Allah! What would happen with my score?! Could I be a student of Y SHS? What would happen if my score wasn't good enough? Oh, I was getting mad!
.
My mother and I went to my school (read: junior high school) to got my score. I was scared. I was gave up. I thought Allah would give me the best score. Alhamdulillah. I got the good enough score. Then I searched ppdb kota jogja web and click the school. Apparently, my score was good enough. I believed I could be one of student of Y SHS.
.
On the way, my mother talked to me about another school. She wanted me to be a student of Z senior high school but i want Y. My mother didn't agree with my choice. I was sad.
This was a sadness, i didn't want to studying in another school. I just wanted to one school. I felt i want to go from this home!
.
Day by day (like snsd's song), i cried every night before sleep. I always prayed. I hoped Allah gave me the best choice.
.
The day of announcement of ppdb was coming. There was my name on the list of Z Senior High School. It means, i was accepted in that school. I was confused i should be happy or not.
I was happy because this school is one of favorite schools in My home-town. But, i was sad because i couldn't be a student of the school that i wanted.
.
That was bored. I just got a little of happiness from this school.
.

Something what makes me happy in this school; the teacher is very kindly, i get many friends who don't make a difference. I can study many things about village because my school is on the middle of a field. Haha. One again, i often get best score on the math test (because math is my favorite lesson) so i will be happy. 
.
If i be a student of Y SHS, maybe i don't get these happinesses.

Indahnya Bersahabat dengan Al-Quran

Melalui tulisan ini, diriku hendak berbagi pengalamanku dengan Al-Quran, yang Insyaa Allah selalu setia menunggu dan menemaniku. So bagaima...